Brand Bagus Menjadi Baik di Mata Publik

Bercermin dari sebuah brand terkenal seperti Facebook, didirikan oleh Mark Zuckerberg yang menuai kontraversi perihal pelanggaran data dan informasi pribadi dimana telah tersebar luas dengan minimnya perlindungan privasi penggunanya. Namun awal mula sebelum kontraversi ini adalah sebuah ide dari Mark yang bagus.

Mark tak pernah membayangkan bahwa kedepan aplikasi yang ia ciptakan adalah sebuah terobosan visioner dari peradababan teknologi maju. Setelah banyaknya pengguna memakai Facebook menjadi sebuah "brand" atau perusahaan berskala internasional dan menjadi trend bersosial media mengalahkan era "friendster" akhirnya akan menerima kritikan pedas dari penggunanya.
Itikad baiknya adalah Mark berusaha untuk memperbaiki keadaan. Pada kongres 10 April yang lalu, Ia memulai kesaksian didepan legislator untuk membeberkan tentang pelanggaran data privasi pengguna Facebook yang membahayakan negara. Namun mengapa Mark diposisikan sebagai "saksi"? kita tahu bahwa perusahaan sebesar Facebook tidak sedikit (banyak) orang yang terlibat didalamnya. 

Facebook berjanji memperbaiki dengan mengkampanyekan fitur terbaru "perlindungan pengguna" dan melakukan tour permintaan maaf kepada publik. Bagaimana tindakan seoarang pribadi Mark? Mark berjanji memberikan seluruh harta kekayaannya ke organisasi amal seperti Reach Every Readers dan Sekolah Umum Newark. Tak cukup sampai disitu, CEO Facebook - Sheryl Sandberg yang juga menjabat sebagai kepala staff Departemen Keuangan AS ini akan lebih mengutamakan pemberdayakan pekerja perempuan di Facebook maupun di departemennya.
Antara Mark dan Sheryl memiliki sisi integritas yang berbeda, dimana Mark hanyalah segelintir orang dengan latar profesi programer dan pengusaha teknologi. Dibelakangnya lagi ada seorang Sheryl, staff dari pemerintahan yang ikut terlibat dalam bisnis besar ini. Sangat sulit pelaku usaha perusahaan besar untuk bersikap mulia dengan digandeng upaya baik dari pemimpin pemerintahan tersebut.

Dilansir dari medium.com, ketika perusahaan mendapat tekanan dari pemerintah negara, mereka akan menentukan keberpihakan antara masalah sosial atau produk. Dari situs tersebut mengungkapkan 66% konsumen memilih merek produk yang mengambil sikap terhadap masalah sosial, sedangkan 33% konsumen sisanya memilih merek produk yang berdampak positif.

Market pun demikian, merespon isu yang terjadi akankah mempengaruhi penjualan produk? atau konsumen akan beralih untuk meninggalkannya?, karena tak ada seorang pun tahu itikad yang sebenarnya yang dilakukan oleh perusahaan dan pemerintah dibalik itu.

Ada tiga hal yang dapat kita lihat untuk menentukan kebaikan dan tindakan yang disadari secara sosial perusahaan. Perusahaan yang benar-benar "baik" mungkin tidak memiliki semua sifat ini, tetapi setidaknya ada dua diantaranya.

1. Membangun Brand Berbeda

Seperti yang terjadi di negeri ini, mengenal sebuah layanan yang mungkin tergolong visioner namun juga stereo type dari negara-negara maju lainnya. Terobosan Gojek sebagai layanan transportasi roda dua di Indonesia sungguh diluar kemampuan Nadiem Makariem. Nadiem sebagai latar belakang lulusan Havard Business School mengambil titik peluang pada masalah sepele dari profesi ojek pangkalan.
Kita tahu bahwa kendaraan ojek adalah alternatif yang menjadi buruan para penumpang untuk menembus kemacetan lalu lintas. Apa yang menjadi pembeda dari perusahaan Gojek? ini adalah transportasi "roda dua". Sedangkan kita mengenal sarana transportasi umum sebagai "roda empat" dan seterusnya. Belum ada regulasi khusus atau aturan hukum negara yang mengatur sebelumnya tentang ojek ini, dan kita mengenal aplikasi Uber dari negara luar sebatas taxi mewah yang sebelumnya juga menuai kontradiksi dari sosial, itu pun roda empat.

Flashback ke masalah Facebook, seorang Nadiem demikian pula Mark memiliki bisnis yang sama-sama memiliki pembeda dalam usahanya. Facebook dengan masalah penyebar luasan privasi yang belum pernah ada di dunia ini, sebuah platform yang "penggunanya" secara sadar memberitakan data penting privasinya namun mampu mengambil simpati banyak orang untuk tetap memakainya sebagai sarana bisnis yang mutakhir sebelum instagram dan youtube. Begitupula Gojek, mungkin satu-satunya di dunia ini yang mengangkat derajat profesi ojek dengan sarana roda dua hanya menggunkan aplikasi daring dari smartphone.

2. Usaha dari Permasalahan Sosial

Perusahaan yang benar-benar peduli tentang ikatan masalah sosial yang menyebabkan bisnis mereka ada. Apakah penyebabnya baru atau lama, mereka selaras dengan nilai-nilai, produk, pemasaran, dan program karyawan mereka. Dan, mereka mempertahankan komitmen mereka dalam jangka waktu yang lama. Konsistensi ini memaksimalkan dampak positif dan menjadikannya bagian dari identitas merek perusahaan.
Gojek didirikan pada 2010 untuk menyediakan sarana transportasi daring dalam bentuk aplikasi smartphone, untuk memastikan bahwa penumpang ojek mendapatkan apa yang mereka sebut sebagai layanan antar-jemput tanpa mencari di terminal (pangkalan), dan profesi ojek tak sebatas mangkal di suatu wilayah dengan kong-kalikong tarif preman. Namun pergesekan sosial selalu ada antara pengemudi ojek pangkalan dengan pengendara angkot maupun taxi konvensional, tak menjadikan bisnis ini surut karena telah mensponsori pemerintah dan mengandalkan teknologi canggih. Skeptis pada jaman teknologi bisnis sama halnya gulung tikar secara perlahan.

Faktor sosial tak sekedar berbicara mengenai pergerakan di dunia nyata, namun media secara daring internet pun mulai merambah sebagai sarana wirausaha masa depan. Selalu ada titik terang pada perkembangan usaha melelui media internet, meskipun menuai pro-kontra pihak pengguna hingga isu sosial di kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Ada resiko (eksposure) yang ditanggung sebagai persona yang memiliki ide brilian, begitu pula nama bisnis (brand) atau perusahaan. Titik klimaksnya adalah pelaku startup bisnis mampu menanggung kritik sosial sebagai acuan untuk menarik simpatisannya. 

3. Mereka Melakukannya dengan Benar

Isu pencekalan iklan ro**k (Djarum) untuk seragam olahraga oleh KPAI (Komisi Perlindungan Anak Indonesia) kepada para atlet bulu tangkis nasional harus jadi contoh berharga bahwa negara tidak memiliki andil besar dalam menyumbangkan ekonomi untuk putra-putri bangsanya. Para konglomerat bisnis mungkin sanggup untuk membeli puluhan hektar lahan sawit di pulau sumatra untuk ditanami tem**kau sembari memperdayakan pemuda-pemudi bangsa ini untuk berprestasi di kancah internasional. Namun negara tak cukup kuat membeli separuh pulau kalimantan untuk perpindahan Ibukota dengan cara reklamasi hanya untuk memenuhi kantong seluruh pejabatnya misalnya.
Kredibilitas (kepercayaan) masyarakat terhadap brand ternama yang menggelontorkan dana demi keperluan "masa depan" generasi manusia bisa dianggap bertolak belakang dengan itikad dari pemerintah. Haruskah bisnis yang "baik" berlandaskan etika yang "benar"? Jika ini tentang etika, menguras kantong jutaan pero**k dengan nikotin kemudian memberikan isi kantong mereka kepada yang berhak hidup secara sehat dengan berolahraga, sudahkah benar?
Namun sadarkah Anda bahwa hampir beberapa tim seragam pesepak bola di luar negeri menggunakan brand perju**an internasional sebagai sponsor?

Tentu ini "salah" namun juga "baik", para konsumen secara "sadar" bahaya dari produk brand tersebut dan membeli. Dan baiknya mereka sadar ada segelintir generasi yang mengambil kesempatan untuk berprestasi demi bangsa meski hidup dari saudagar tem**kau dan dari kantong pe***ok. Begitu pula Facebook, Gojek, bahkan personal selebgram Instagram dan para influencer di youtube sekalipun. Ada nilai beban moral yang ditanggung oleh pelaku usaha, namun paradigmanya bisa diputar balik perspektifnya antara benar-salah itu fakta (absolut), baik-buruk itu relatif (opini). Semua kembali pada Anda apakah brand yang dibangun itu baik? atau benar? maka publik akan percaya.

ARTIKEL TERKAIT

Beragam informasi seputar teknologi dan gadget dikemas dari berbagai sumber dan pengalaman dalam bentuk tutorial

Comment Policy: Silahkan isi komentar Anda sesuai dengan bahasan topik pada postingan. Komentar yang berisi link atau tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar Disqus

This website uses cookies to ensure you get the best experience on our website. Info