Inilah Akibat Menggunakan Template AMP
AMP Accelerate Mobil Page adalah tampilan halaman situs web atau blog yang didesain agar support mobile friendly terutama pada template berplatform blogger juga termasuk platform lainnya. Menurut kami ini sangat menarik dan menantang ketika menggunakan template untuk blog yang sebagian besar penggunanya memaksimalkan tampilan situs mereka agar lebih SEO mobile secara pakemnya Google. Sejak diluncurkan 2016 lalu oleh Goolge, saya termasuk yang terlambat menggunakan desain template tersebut karena faktor keterbatasan informasi, mungkin juga belum banyak pengguna AMP seramai sekarang. Namun ada salah satu moment menarik ketika saya harus memutuskan menggunakan template AMP adalah melihat sisi kekurangan dan kelebihan berdasarkan pengalaman para pakar SEO pada situs mereka, apa saja sisi kekurangan dan kelebihan dari tampilan AMP? berikut mari kita bahas.
Script yang dimaksud adalah javascript yang telah dirancang secara khusus oleh Google. Ini memudahkan para pengelola situs untuk mendapatkan referensi akurat tanpa adanya modifikasi script yang kurang berguna bagi tampilan web atau blog. Dengan demikian template AMP adalah solusi alternatif bagi para pengelola situs untuk memaksimalkan template mereka tanpa mempermasalahkan pengguanaan JS yang rumit serta menguras tenaga dan pikiran, namun juga meminimalisir para oknum yang menyisipkan "virus" coding diantara script custom yang mereka share dan gunakan memanfaatkan sisi pemahaman Anda. Ada puluhan komponen pilihan yang salah satunya bisa digunakan dari pihak developer AMP untuk mengaktifkan script di situs Anda dengan memanfaatkan iframe.
Dikarenakan penggunaan JS yang minimal maka akan terasa manfaatnya terhadap kecepatan situs yang meningkat dan bisa Anda buktikan sendiri dari evaluasi yang kami dapat dari Google PageSpeed Insight. Kecepatan dari tampilan mobile cukup memuaskan saya, karena untuk menyentuh nilai kecepatan 80% hingga 90% sangatlah langka. Ini mungkin berbeda treatment lagi jika Anda memonitor loading tampilan tersebut melalui GTmetrix. Pada tampilan situs saya yang non-AMP mungkin dapat rate A/B pada GTmetrix namun sangat buruk secara PageSpeed Insight dari Google dan saya sering mengalami hal demikian. Sedangkan untuk tampilan desktop sudah tidak ada masalah apapun karena menyentuh angka 99% bahkan 100% sudah hal yang lumrah bagi kalangan webmaster.
Karena telah support mobile dan tampilan yang minimalis memudahkan peramban Google untuk memuat situs Anda secara lebih intensive tanpa terkendala JS yang menghambat pemuatan bahkan penggunaan layout yang pas di mata pengunjung. Tak ada hal menyakitkan mata karena masalah beraneka ragam widget yang meramaikan berbagai sudut ruang dengan memanfaatkan script pada akhirnya telah hilang dari pandangan. Kita biasa menyebutnya dengan istilah "clear template" yang menampilkan warna sepadan, font normal, CSS yang simple, layout gambar responsive sesuai dimensi layar, dan penggunaan JS telah diwakilkan oleh iframe untuk dimuat secara lebih cepat serta ringan.
baca: pengalaman pertama daftar adsense menggunakan template AMP
Dari pembahasan kelebihan template AMP tentunya ada juga kekurangan yang mungkin juga dirasakan oleh sebagian besar kalangan pengelola situs dan kemudian beralih menggunakan templatenya yang non-AMPnya kembali.
Saya termasuk yang menggunakan script dan CSS custom yang hanya memanfaatkan versi Jquery situs yang beragam. Inilah yang menentukan bagaimana koding Anda bekerja pada tampilan template. Sedangkan pada AMP Jquery sudah dihilangkan dari struktur agar valid AMP demikian pula script-script (JavaScript) yang tidak ada lagi bisa dilacak keberadaanya karena dihosting menggunakan GitHub. Cukup merepotkan jika Anda ingin memuat JS non AMP yang tinggal plug and play (tempel) namun sekarang harus dimuat melalui iframe pemanggil kode tersebut dari CDN (Content Dilevery Network) dengan format html. Jika JS beserta CSS tak berhasil dimuat, maka butuh waktu untuk memperbaiki dan berganti mirror link secara berulang kali.
Loading AMP bolehlah cepat namun tidak serta merta konten yang baru saja dipublikasi dapat langsung terindeksi. Konten pun harus melalui tahap validasi uji AMP agar dapat diindeksi oleh Google. Penggunaan atribut atau tag yang tidak tepat bisa menghambat antrian index. Kita tahu bahwa proses indeksi tersebut dilakukan oleh perayapan robot google secara berurutan terhadap sitemap situs dan membutuhkan waktu. Salah satu konten yang bermasalah akan menghentikan proses pada tahapan selanjutnya. Saya demikian mengalami beberapa postingan tidak masuk dalam hitungan jumlah yang dirayapi sebelum memperbaiki faktor yang menghambat. Misalnya pada postingan gambar yang harus sesuai dengan aturan AMP yang valid, cukup merepotkan untuk mengkonfigurasikannya secara manual pada mode html.
Kelebihan menggunakan template AMP
1. Mobile Friendly
Hal utama bagi para penggunjung situs adalah mereka yang melakukan penelusuran secara mobile baik yang tampil pada layar smartphone menjadikannya lebih mudah untuk ditampilkan secara responsive dan ini sangat baik bagi trafik web atau blog tersebut yang sedang mengincar segmentasi pengunjung melalui penelusuran peramban mobile. Kita tahu bahwa pengguna seluler di muka bumi ini adalah yang paling banyak dibandingkan penggunaan desktop atau PC. Secara tidak langsung Google mengakomodir para desain template hingga pakar SEO untuk menampilkan situs mereka agar lebih sinkron, bahkan pada search console baru (dulu webmaster) pun telah ditambah setelan menu AMP untuk memonitor validasi tampilan situs secara langsung. Saya termasuk yang tertarik dengan hal ini karena sarana tersebut sangat dibutuhkan saat validasi dapat dicek secara realtime (waktu nyata) beserta rekomendasi perbaikan error yang terjadi juga cukup jelas dimengerti.2. Penggunaan Script dari Google
3. Meningkatkan Loading Situs
4. Meningkatkan Visibilitas Situs
5. Menarik Minat Pengunjung
Pengunjung mungkin tak akan berfikir secara teknis bagaimana cara situs Anda dikelola. Namun hal yang telah dibahas dan disebut diatas menuju pada satu kesimpulan bahwa hal yang praktis telah dilalui oleh Anda, dan pada akhirnya kontenlah yang akan menentukan seberapa informatif situs tersebut membuka peluang para pengunjung untuk melihat dan menilai dari segi lainnya. Selagi para konten kreator lain berpacu untuk meningkatkan SEO atau SERP secara teknis, Anda dapat memilih kategori topik bahasan lain yang lebih fresh tanpa dipusingkan oleh hal teknis yang lagi-lagi seputar koding. Dan konten yang tidak membahas koding melulu menjadi incaran para pembaca budiman dalam memilih artikel yang unik dan lain daripada yang lain.6. Support Adsense
Hal ini sudah tak perlu dipertanyakan lagi, karena setiap terobosan yang diberikan Google terutama soal tampilan AMP tak diragukan. Karena memang tujuannya demikian, dan para pengelola situs yang bertindak sebagai publisher (pemuat iklan) maupun advertiser (pengiklan) tak payah lagi dalam menempatkan iklan pada setiap sudut tampilan karena sudah terprogram sesuai ketentuan Google Adsense.baca: pengalaman pertama daftar adsense menggunakan template AMP
Dari pembahasan kelebihan template AMP tentunya ada juga kekurangan yang mungkin juga dirasakan oleh sebagian besar kalangan pengelola situs dan kemudian beralih menggunakan templatenya yang non-AMPnya kembali.
Kekurangan menggunakan template AMP
1. Non-Amp juga Mobile Friendly
Saya buat bahasan ini secara paradigma dari kalangan pengguna template. Pembuatan atau desain yang digunakan untuk template responsive yang non-AMP cukup berkesan di kalangan tersebut. Mungkin karena masalah transisif dari non ke yang AMP terasa membatasi kreasi desain yang sudah mobile dan terbiasa menggunakan script, CSS, serta tampilan yang langsung tempel. Saya pun demikian merasa lebih enjoy dengan menggunkan koding tanpa berfikir dua kali untuk kendala teknis soal validitas tampilan, toh dari segi tampilan tidak berbeda jauh. Hanya karena faktor koding yang minimalis dan mengikuti aturan Google saja. Sedangkan pada tampilan AMP yang tidak lolos (invalid AMP) maka akan menghambat proses Anda dalam publikasi postingan konten.2. Penggunaan Script yang terbatas
3. Hambatan Proses Index
4. Konten Koding Kurang Menarik
Saya tahu ini mungkin menyakitkan bagi para pakar ahli coding JS atau CSS yang ingin berbagi racikan koding mereka kepada sesama pengelola situs. Tetapi dibutuhkan pemahaman yang tidak sebentar untuk mengambil sisi positif dari kondisi ini. Google menyadari bahwa sebagian trafik kunjungan hanya terjadi "antar pengelola situs" yang bisa dianggap tak organik. Ya, saya juga berpikir demikian, setelah bergerilya atau blog walking sejak tahun 2012 yang saya amati dan terapkan secara analytics juga hampir sepaham, dimana pengunjung yang awam pun berkomentar bahwa referensi topik dan tema yang mereka dapat cuma seputar coding dan coding yang membosankan tak ada kategori lain yang lebih fresh. Karena menggunakan template AMP maka semakin berkurang bahasan topik mengenai koding, karena percuma saya bahas toh tidak akan berhasil diterapkan pada template AMP. Iya kalau bahasan koding non-AMP bisa dibahas namun proses trial and error tidak pada tempat interpretasi dimana template apa yang sekarang saya gunakan. Sedangkan koding AMP sudah sepenuhnya dibahas pada laman milik Google AMP Development.Kesimpulan
Kembali pada pribadi Anda masing-masing, Saya baru menggunakan tempalte AMP sejak baru 2018 dan merasakannya demikian singkat untuk menganalisis kekurangan dan kelebihannya. Mungkin bukan sepenuhnya bergantung dengan pendapat milik saya pribadi dan tak sepenuhnya benar.
- Hal yang mengharuskan Anda memilih template AMP karena ingin mengejar trafik tampilan mobile yang tinggi, namun faktor teknis menghambat proses postingan Anda.
- Atau memilih template non-AMP untuk mengejar kemudahan dalam mengelola situs tanpa kendala teknis sesuka hati namun tampilan mobile dibawah skor Google Speed Insight.