Akankah Perusahaan Raksasa Google Runtuh

Google adalah perusahaan teknologi multi negara terbesar di dunia yang dibangun sejak tahun 1998 didirikan oleh Larry Page dan Sergey Brin berlokasi di California, Amerika. Google termasuk salah satu dari empat perusahaan raksasa seperti Amazon, Apple, dan Facebook.

Sejarah Teknologi Search Engine

Perusahaan yang mengusung teknologi serach engine (mesin pencarian) ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1970 pertama kali oleh NASA. Namun teknologi ini masih terbatas pengguna offline (non-web) data base untuk file tekstual secara direktori (folder), barulah tahun 1990 dikembangkan oleh Universitas Nevada dengan sistem komputasi servis bernama Archie. Hingga era 1993 bermunculan jenis search engine berbasis online (Wide Area Information Service) lainnya seperti Veronica dan Gopher.

1994 muncullah Lycos sebagai mesin pencarian pertama yang memiliki pencarian halaman penuh untuk lebih dari satu juta halaman, dan akhirnya 1996 Inkotomi dengan mesin pencarian yang populer dibeli oleh Yahoo pada tahun 2003. Meskipun mesin pencarian web yang paling signifikan saat itu adalah Ask.com yang sangat cepat dan mencakup sebagian besar web.

Sedangkan Google muncul bersamaan dengan era lahirnya mesin pencarian berbasis Open Directory Project (WWW) seperti AOL, MSN Search yang berganti nama menjadi Bing pada tahun 1998 hingga sekarang.

Ide Google ADS

Ketika sebuah mesin pencarian web masih bergelut dalam hal teknikal support, Google jauh menatap ke masa depan dengan secuil ide tentang iklan yang bisa tayang pada peramban. Google Adwords muncul pertama kali pada pertengahan tahun 2000, dengan menawarkan pemasangan iklan yang dipungut biaya perbulan secara online mengkampanyekan tayangan iklan mereka, untuk dapat diatur, dan dikelola.

Sistem Cookies dan Keywords

Pada situs yang bermitra sebagai publisher (Adsense) hal ini sudah tak asing lagi bagi kita untuk memonetasi situs yang kita miliki dengan melakukan pemasangan iklan dari google, dan yang sebenarnya iklan itu berasal dari pengguna Adwords.

Google menggunakan karakteristik untuk menempatkan iklan yang sesuai (relevan) dengan produk yang berasal dari Adwords untuk ditayangkan oleh situs publisher Adsense. Adwords adalah layanan bagi para advertiser yang inginkan iklan mereka dikelola oleh pihak google dengan sistem iklan yang dikategorikan berdasarkan jejak digital (cookies) dan kata kunci pada penelusuran (keywords).

Penurunan Profit Google

Dilansir dari situs Medium.com, google menikmati masa jayanya dengan sebuah search engine yang dibiayai oleh iklan. Namun iklan secara inheren bias (melekat dan kabur) dari harapan pengiklan (advertiser) dan jauh dari kebutuhan konsumen.

Pihak pengiklan rela membiayai bulanan untuk menayangkan iklan mereka pada Adwords, namun iklan yang ditayangkan oleh publisher Adsense akan menjadi sia-sia jika produk mereka hanya tayang tetapi produk tak terjual atau dibeli. Dari hal ini google rupanya memiliki pesaing besarnya yaitu Amazon.

Feed Konten untuk Iklan

Situs Amazon pernah melampui google dalam hal pencarian produk teratas pada tahun 2017, sedangkan google hanya sebatas mesin pencarian masih mengandalkan pencarian kata kunci yang relevan pada halaman web dan youtube, namun situs tersebut belum tentu menghasilkan profit kepada pihak advertiser.

Dan belum tentu pula mereka menayangkan iklan adsense (non-ads web). Layanan non-adsense seperti cloud pun hanya menyumbang profit sebesar 15% untuk google dan sebagian besar menggantungkan dari iklan.

Rupanya beberapa perusahaan yang beriklan lebih menyukai situs feed konten seperti halnya layanan promotor pada facebook atau instagram yang secara langsung menawarkan produk langsung dari penjualnya. Seperti halnya Amazon, pengiklan tak perlu menghamburkan biaya banyak iklan untuk ditayangkan sekaligus sold-profit (untung jualan).

Tercekik Regulator

Uni Eropa memberikan sanksi denda terhadap google Adwords sebesar $5 miliar US akibat dari dominasi sistem operasi Android lebih dari 80% smartphone global karena retribusinya yang tinggi. Hal ini menyebabkan persaingan tak adil antara perusahaan yang kecil untuk berkembang di pasar oleh karena monopoli google.

2008 google mengakuisisi DoubleClick sebagai perusahaan perangkat lunak, namun pada tahun 2010 menuai kritikan dari akademisi dan kebijakan publik hingga dimintai regulator antitrust terhadap dominasi google yang memonopoli rantai pasokan industri.

Dilansir dari CNBC New York pada akhirnya merk Adwords dan DoubleClick ditutup dengan mempertahankan Adsense dan AdMob untuk merampingkan panel pengiklan dan penjual iklan.

Munculnya ADS block 

Mungkin sebagian besar penguna seluler tak menyukai adanya tayangan iklan pada perangkat mereka. Mereka menyadari bahwa iklan (ads) seluler membebani biaya bandwidth dan daya tahan baterai, juga terdapat skrip pelacakan untuk merelevansi iklan dengan apa yang sedang kita minati pada penelusuran.

Aplikasi pemblokir iklan pada seluler adalah ancaman bagi google, pengguna secara sadar membiasakan diri dengan melakukan pemblokiran bahkan terlatih untuk skip (melewatkan) iklan tanpa menyentuhnya (klik). Dengan demikian google cukup kehilangan profit dari hal itu.

Penelitian dari Adblock Pagefair melaporkan lebih dari 60% melakukan klik iklan karena ketidak-sengajaan oleh pengguna, 54% melaporkan atas ketidak-percayaan pengguna sebagai alasan untuk tidak melakukannya. Dari 54% tersebut adalah 33% pengguna merasa tidak mentolerir iklan sedangkan dari 60% yang diklik hanya 0,06% yang melakukannya karena iseng semata.

Youtube bebas Iklan

Youtube adalah entitas terbesar bagi google setelah platform ini dibeli tahun 2006 dan sekarang menjadi tempat penayangan iklan video paling fenomenal. Dibalik itu google rupanya berusaha mati-matian untuk membujuk perusahaan ber-merk dan pengiklan besar untuk membeli slot iklan dari platform tersebut.

Namun pada akhirnnya 2015 meluncurkan model youtube bebas iklan dan berlangganan, cukup membuat geram komunitas bahkan pencipta platform tersebut menjadi fenomena global yang buruk.

Ads Youtube cukup mengganggu penggunanya dan kurang efektif jika pemilik iklan perusahaan membayar lebih banyak karena biaya pembuatan video ads dipertaruhkan.

Monster Pelacak

Data pengguna yang dikumpulkan melalui program skrip bukanlah sembarangan. Google dibangun dengan landasan kuat dalam mengumpulkan dan menganalisis data akurat untuk menampilkan relevansi iklan kepada penggunanya. Hal ini yang mengubah web platform menjadi industri periklanan sebagai monster pelacakan dan pengawasan.

Penargetan dan atribusi secara sempurna dari program mampu mengetahui kapan dan dimana seseorang melihat iklan bahkan kapan jatuh tempo pembayaran tagihan dari pembelian produk seorang pelanggan.

Demografi secara landscape dari data pengguna yang luas mencakup seluruh web dan sebenarnya dapat menimbulkan celah masalah keamanan. Jual beli database kemungkinan bisa terjadi di masa mendatang hanya untuk kepentingan korporasi semata.

Sisi Gelap Browser

Brendan Eich merancang JS (javasrcript) sejak ia menjadi bagian dari perusahaan Netscape, setelah tumbang oleh Internet Explorer pada 2003, perang browser mulai berkecamuk. Brendan tak kehabisan akal dengan meluncurkan Mozilla Firefox menggandeng provider Amerika - AOL dan Yahoo sebagai default search engine-nya.

Dengan mengembangkan javascript untuk browser Yandex yang dominan di Russia dan Baidu di China. Meskipun dengan cara yang kurang sehat, baidu mengirimkan scam (skam) iklan ke perangkat penggunannya.

Pada 2012 akhirnya Chromelah yang mendominasi sebagai perangkat browser sekaligus search engine ternama besutan google meskipun disensor di Beijing. Namun titik balik perang tersebut adalah para pengiklan tak mau disibukan oleh urusan bisnis search engine mereka.

Kemudian lebih baik memanfaatkannya untuk sekedar memprofilkan iklan perusahaan secara mandiri tanpa tergantung oleh layanan dari browser.

Kesimpulan

Pengguna yang loyal terhadap google adalah mereka yang beresiko tinggi dalam mengikuti setiap inovasi dari setiap layanan. Pengguna juga menyadari bahwa setiap inovasi membutuhkan biaya dan proyek besar yang dijalankan google terlalu ambisius dan kurang kontinuitas (berkelanjutan).

Banyak layanan tak ramah dan tak nyaman yang terbatasi oleh regulasi karena ulahnya sendiri dan akhirnya terhenti, aliran dana ke google bisa mengalami penyusutan dan suatu saat pasti ada hal baru lebih efisien yang menggantikannya.

ARTIKEL TERKAIT

Beragam informasi seputar teknologi dan gadget dikemas dari berbagai sumber dan pengalaman dalam bentuk tutorial

Comment Policy: Silahkan isi komentar Anda sesuai dengan bahasan topik pada postingan. Komentar yang berisi link atau tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar Disqus

This website uses cookies to ensure you get the best experience on our website. Info